Cerita Freeport Kembangkan Tambang Emas Bawah Tanah Terbesar di Papua

12 April 2017

Jakarta - Ada beberapa tambang bawah tanah di Indonesia selain Tambang Grasberg di Papua. Tapi Grasberg yang dikelola PT Freeport Indonesia sejak 1991 adalah yang paling spesial.

Cadangan emas dan tembaga di Tambang Grasberg, Papua, adalah salah satu yang terbesar di dunia. Total kekayaan mineral di sana mencapai 3,8 miliar ton.

"Tambang Grasberg itu size operasinya besar sekali. Salah satu tambang yang produksinya terbesar di dunia. Kita menggunakan alat-alat yang kualitasnya nomor satu," kata VP Underground Mine Operations PT Freeport Indonesia, Hengky Rumbino, kepada detikFinance di Jakarta, Rabu (12/4/2017).

Produksi bijih (ore) dari tambang bawah tanah Grasberg pernah mencapai 80.000 ton per hari, menjadikannya sebagai salah satu tambang bawah tanah terbesar di dunia.

"Besar badan bijih kita itu 1 kilometer kali 800 meter. Panjang 1 km dan lebar 800 m. Dengan metode block caving, produksi bijih dari tambang bawah tanah dapat mencapai 80.000 ton per hari. Tambang-tambang bawah tanah lain di seluruh dunia hampir tidak ada yang sebesar ini. Kita bisa produksi 80.000 ton per hari dari satu area penambangan," katanya.

Cadangannya amat besar dan tersebar di area yang luas, karena itu tambang bawah tanah Grasberg harus menggunakan metode khusus, yaitu block caving. Tambang bawah tanah lain di Indonesia menggunakan metode stopping karena cadangan mineral hanya terkonsentrasi di satu area sempit saja. Skala produksinya pun jauh lebih kecil dari Grasberg.

"Metode stopping dipakai untuk tambang yang dimensinya terbatas, konsentrasi mineral hanya di satu tempat saja. Kalau kita menggunakan metode block caving karena ore menyebar di semua area luas, kadarnya bervariasi. Cara paling efisien, memenuhi kriteria ekonomis, adalah block caving. Jadi satu blok besar itu diruntuhkan saja. Kalau metode stopping itu produksinya pasti kecil, paling-paling 2.000-3.000 ton per hari. Kalau block caving bisa jauh lebih besar," papar Hengky.

Metode block caving, yaitu menggali terowongan menuju tempat cadangan bijih mineral di bawah tanah, meledakkan badan bijih hingga hancur di dalam tanah, lalu menariknya keluar secara bertahap lewat jalur-jalur terowongan yang sudah dibuat.

Dengan metode ini tegangan di bawah tanah diatur agar jangan sampai ambruk. Ibarat meja dengan 4 kaki, harus terus dibuat seimbang meski kaki meja dipotong satu per satu perlahan-lahan. Tingkat kesulitan dan risikonya jauh melebihi metode stopping yang menarik bijih lalu mengisi kembali tanah dengan material. Tambang bawah tanah lain di Indonesia tak menghadapi risiko reruntuhan batuan.

"Kalau distopping, sistem penambangannya adalah dari bawah ke atas, materialnya ditambang, kemudian diisi. Ambil isinya kemudian isi dengan semacam semen, areanya kembali normal lagi. Jadi batuannya relatif stabil. Beda kalau block caving, badan bijih kita potong dari bawah, kita ledakkan. Maka ada akumulasi tegangan dari atas. Runtuhan yang ada harus kita tarik terus supaya tekanan tidak terakumulasi. Risikonya lebih besar," tukasnya.

Selain itu, di tambang bawah tanah sedalam 1,6 kilometer (km), tantangan yang harus diatasi adalah kestabilan batuan. Ketika meledakkan badan bijih, batuan harus tetap dijaga keseimbangannya supaya terowongan tak runtuh.

"Tambang bawah tanah juga lebih dari 90% dijalankan oleh anak-anak Indonesia. Tantangan yang kita punya, tambang bawah tanah kita termasuk dalam. Kita menambang di kedalaman 1,6 km di bawah tanah. Tantangannya bagaimana memastikan kestabilan batuan, bagaimana penambangan dapat dilakukan dengan baik tanpa adanya kecelakaan. Tantangan paling besar adalah menambang di kedalaman dan meledakkan batuan," ujarnya.

Putra asli Papua lulusan Teknik Pertambangan ITB ini menambahkan, para pekerja di tambang underground menghadapi bahaya luncuran lumpur basah yang dapat menimbun mereka di bawah tanah. Hal-hal ini harus dikontrol agar tak menimbulkan korban jiwa.

"Di samping itu ada juga yang namanya lumpur basah. Lumpur basah ini bahayanya sangat tinggi. Di area yang sempit, kalau ada lumpur, terjadi luncuran, kita bisa tertimbun. Beda kalau kita di area terbuka, kalau terjadi luncuran kita bisa menyelamatkan diri. Ini tidak ada di operasi penambangan lain di seluruh dunia," ia menerangkan.

Menurut Hengky, tingkat kerumitan tambang bawah tanah Freeport tiada duanya di dunia. Hanya Freeport yang bisa mengelola tambang dengan tingkat kesulitan seperti ini. "Hanya kita saja yang bisa melakukan penanganan dengan baik untuk 600-an titik penarikan yang sifatnya basah," tutupnya. (mca/wdl)

Sumber: https://finance.detik.com/energi/d-3472087/cerita-freeport-kembangkan-tambang-emas-bawah-tanah-terbesar-di-papua

Back to List

Berita Selanjutnya

news thumb 3
17 May 2017

Ribuan karyawan di Ridge Camp akan menjadi yang pertama menikmati inve...

07 July 2017

Upaya-upaya pengembangan SDM dengan memanfaatkan pesatnya perkembangan...