Geliat Ragam Kesenian Kamoro di Jakarta

30 November 2015

 

Hujan yang mengguyur Jakarta sepanjang hari baru saja reda. Semesta seolah mengerti malam itu sebuah gelaran kebudayaan musti berlangsung dengan cuaca yang mendukung. Sekelompok orang Papua mengenakan pakaian adat memenuhi ruangan, kerajinan khas Papua bernuansa coklat – mulai dari patung, ukiran hingga lukisan – tampak menghiasi setiap sudut ruangan. Suasana kampung Papua hangat terasa di ruangan teater American Club itu.

Kamis malam pekan lalu (19/11), Kamoro Arts Exhibition & Sale digelar di American Club yang berlokasi di daerah Dharmawangsa, Jakarta Selatan. Acara ini merupakan program kerjasama tahunan antara Freeport Indonesia dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat, tujuannya untuk memperkenalkan kesenian Kamoro ke masyarakat luar terutama internasional. Kegiatan ini merupakan bentuk komitmen Perusahaan untuk turut melestarikan dan mengenalkan budaya suku Kamoro melalui Bersama Untuk Indonesia – Beragam.

Karya seni Suku Kamoro yang dipamerkan adalah ukiran yang menjadi ciri khas suku dari Pesisir Selatan Mimika ini. Sekilas tentang suku Kamoro, suku ini memiliki keahlian mengukir secara turun temurun. Jenis dan motif ukiran banyak dipengaruhi faktor lingkungan tempat tinggal mereka atau mitos yang dituturkan weaiku, sang tua-tua adat. Jenis ukiran memiliki fungsi tersendiri, seperti Mbitoro yang sakral bagi rumah karapao, Wemawe sebagai figur leluhur, Yamate atau perisai dengan berbagai guratan motif penuh makna, dan sebagainya.

 

Tuan rumah acara ini adalah His Excellency Robert Blake, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, yang turut serta membuka acara bersama dengan Bill Rigel selaku perwakilan manajemen Freeport Indonesia. Robert Blake juga menyampaikan terima kasihnya kepada Freeport Indonesia, atas sumbangsih dalam melestarikan kesenian Suku Kamoro serta daya upayanya untuk mendatangkan para seniman serta hasil karyanya ini ke Jakarta.

Para tamu undangan yang hadir tidak hanya warga negara asing dan instansi pemerintah, namun juga public figure Indonesia mulai dari desainer, seniman, dan akademisi. Pemilihan kalangan tamu undangan bukan tanpa alasan – penyelenggara sengaja mengundang tokoh-tokoh masyarakat sehingga memungkinkan penyebaran budaya Kamoro secara lebih luas melalui jaringan yang dimiliki tokoh-tokoh masyarakat ini.

 

Sepanjang malam para tamu undangan asyik mengamati karya-karya seni dan memilih benda seni mana yang akan dibeli dan menjadi koleksi mereka. Sesekali para penari Kamoro memberikan selingan tarian kasuari yang menemani bincang hangat antar sesama tamu undangan.

Malam itu hampir 90 persen ukiran yang terpajang berhasil terjual dan hasil penjualan nantinya diserahkan kepada masing-masing pemilik ukiran – sebuah peluang untuk membuka pasar yang lebih luas bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat Kamoro. Nimao! (Trian)

Back to List

Berita Selanjutnya

news thumb 2
05 May 2017

Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Komoro (LPMAK), sebuah lem...

20 July 2017

PT Freeport Indonesia menggandeng pemerintah daerah setempat membuat k...