Salah satu volume limbah terbesar di operasi-operasi kami berbentuk tailing - sisa air dan bebatuan alamiah di permukaan tanah yang sangat halus setelah konsentrat terpisah dari bijih di pabrik pengolahan. Proses pengolahan/konsentrat Freeport Indonesia merupakan sebuah proses fisik di mana bijih digerus halus dan mineral yang mengandung tembaga dan emas dipisahkan dari partikel-partikel batuan yang tidak bernilai ekonomi. Oleh karena topografi istimewa tapak, kegiatan seismiknya, dan curah hujan tahun yang melebihi 10 meter di beberapa lokasi, kami menggunakan sistem pengelolaan tailing yang terkendali via aliran sungai yang mengangkut tailing ke suatu daerah yang ditetapkan di zona dataran rendah dan pesisiran, yang disebut sebagai Modified Ajkwa Deposition Area (Mod ADA). Daerah pengendapan ini adalah suatu bagian dari bantaran genangan sungai, dan merupakan sistem yang direkayasa, dikelola untuk pengendapan dan pengendalian tailing.

Sistem pengelolaan ini dijalankan di bawah rencana pengelolaan tailing komprehensif Freeport Indonesia, yang disetujui oleh Pemerintah Indonesia setelah melakukan banyak studi teknis dan suatu proses peninjauan ulang secara tahun-jamak. Sistem ini melibatkan pembangunan struktur penampung lateral, atau tanggul, untuk daerah pengendapan. Tanggul-tanggul ini belakangan diperluas dan pekerjaan secara terus-menerus dilakukan untuk berbagai perbaikan sistem, termasuk pemeriksaan, pemantauan, dan pembangunan fisik. Kami terus-menerus mengevaluasi dan memutakhirkan rencana pengelolaan tailing untuk meminimalkan risiko. Apabila pertambangan berakhir, penelitian kami memperlihatkan bahwa daerah pengendapan ini dapat direklamasi dengan vegetasi alamiah atau dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, kehutanan, atau perikanan. Rata-rata biaya tahunan untuk melaksanakan program pengelolaan tailing ini selama tiga tahun terakhir sekitar 120 juta dolar AS.

Kami telah melaksanakan suatu program untuk mendaur ulang Tailing sebagai bahan campuran beton dalam pembangunan prasarana lokal. Sejak tahun 2007 sampai tahun 2014, bekerja sama dengan pemerintah daerah Propinsi Papua (PEMDA Papua) dan pemerintah daerah Kabupaten Mimika (PEMDA), kami telah menggunakan material Tailing sebagai unsur utama untuk membangun infrastruktur. Infrastruktur yang dibangun baik di internal di PTFI maupun juga infrastruktur di PEMDA Papua dan PEMDA Mimika seperti Jalan Trans-Nabire, kantor Pemerintahan Kabupaten Mimika, jalan dan jembatan Pomako, lapangan parkir gedung pertemuan Eme Neme Yauware Timika dan sejumlah bangunan lainnya. Total sebanyak 1,1 juta ton material Tailing telah digunakan dalam proyek pembangunan infrastruktur tersebut dengan biaya sebesar 9,3 juta dolar AS. Pemerintah dan masyarakat setempat memberikan tanggapan menggembirakan dan setelah vakum selama 4 tahun, PTFI bermaksud melanjutkan upaya-upaya ini pada tahun-tahun mendatang dimulai pada tahun 2019.