7 Upaya Freeport Indonesia Dukung Usaha Lokal Masyarakat Papua

26 November 2021

PT Freeport Indonesia adalah perusahaan di bidang pertambangan yang sudah gak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. PT Freeport Indonesia (PTFI) menambang dan memproses bijih mengandung tembaga, emas, dan perak. Perusahaan ini beroperasi di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.

Selama lebih dari lima dekade, PT Freeport Indonesia telah memberikan kontribusi bagi Indonesia, khususnya Papua. Beragam program dicanangkan untuk melakukan pengembangan berkelanjutan di berbagai sektor. Gak hanya ekonomi, tapi juga kesehatan, infrastruktur, hingga pendidikan.

Salah satu hal menarik dari program pengembangan yang dicanangkan oleh PT Freeport Indonesia ada di bidang ekonomi, karena dipadukan dengan kearifan lokal. Dengan begitu, masyarakat sekitar lokasi penambangan dapat turut memanfaatkan potensi wilayahnya.

1. Mendukung budidaya kepiting bakau bagi nelayan tradisional

Freeport Indonesia bekerja sama dengan Pemerintahan Kabupaten Mimika, Gereja Keuskupan Mimika, USAID, LPMAK, TNI, dan sejumlah yayasan untuk melakukan pembinaan masyarakat di bidang perikanan sejak 2006. Dukungan saranan, prasarana, hingga penguatan kapasitas nelayan dilakukan di 14 kampung pesisir Mimika.

Pada 2018, Departemen Social & Local Development (SLD) PTFI melalui Community Economic Development meresmikan program budidaya kepiting bakau bagi nelayan tradisional suku Kamoro. Ini dilakukan supaya lebih menguntungkan dan bermanfaat, terutama untuk nelayan suku Kamoro.

Kepiting bakau atau karaka merupakan satwa endemik Mimika yang bernilai ekonomis dan patut dilestarikan. Peran kepiting ini mampu memajukan kesejahteraan masyarakat Papua.

2. Memanfaatkan hasil pangan masyarakat lokal untuk pemenuhan kebutuhan di lingkungan PTFI

Octo Magai, putra asli suku Amungme memiliki usaha kebun hidroponik sekaligus General Superintendent Industrial Relation di PTFI. Usaha yang ditekuninya mampu memberdayakan masyarakat setempat. Selain itu, usahanya juga memasok hasil untuk kebutuhan sayuran seluruh karyawan di lingkungan PT Freeport Indonesia.

Di perkebunan tersebut, Octo telah mempekerjakan 50 karyawan dari Papua maupun luar daerah. Ada 8 kelompok binaan yang tersebar di enam lokasi berbeda, yakni Kampung Limau Asri SP5, Kelurahan Wonosari Jaya SP4, Jalan Budi Utomo, Kelurahan Timika Jaya SP2, Jalan Irigasi, dan Mile 32.

Sayuran hasil panen ditampung oleh Koperasi Pangan Muljaya Papua. Setelah itu, hasil panen dipasok ke Tembagapura melalui Pangan Sari untuk memenuhi kebutuhan karyawan di lingkungan PTFI. Ternyata, hasil panen saat ini belum cukup, sehingga Octo berencana membuka perkebunan hidroponik baru untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

3. Pengembangan perkebunan sagu di Nayaro

Sagu menjadi makanan khas Indonesia timur yang terkenal. PT Freeport Indonesia pun turut mengembangkan perkebunan sagu agar tidak beralih fungsi. Hal ini menjadi salah satu upaya mencapai ketahanan pangan yang berbasis kearifan dan karakter lokal.

Sejak 2007, Koperasi Maria Bintang Laut Keuskupan Timika bekerja sama dengan PTFI untuk mengembangan perkebunan sagu seluas 86 hektare di Kampung Nayaro, Distrik Mimika Baru. Upaya tersebut melibatkan 141 kepala keluarga suku Kamoro. Setiap warga mendapatkan lahan 0,6 hektare dan hasilnya dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

4. Dataran tinggi Amungme sebagai penghasil biji kopi berkualitas

Masih mendukung perekonomian dengan bercocok tanam, PTFI memiliki Program Wanatani Kopi dan hortikultura. Program ini bertujuan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat di dataran tinggi Amungme, berfokus pada pengembangan wanatani kopi.

Melalui Yayasan Jayatani Mandiri, PTFI mendampingi masyarakat untuk menghasilkan biji kopi berkualitas. Selain itu, ada pendampingan pula untuk tanaman hortikultura dan penanaman kakao.

Pada 2016, PTFI mendukung Program Gerakan Kebangkitan Ekonomi Masyarakat Sejahtera (Gerbang Emas) dengan penanaman 70 ribu pohon kopi di dataran tinggi. Selain itu, ada pula penanaman 10 ribu pohon kakao di dataran rendah dan 1.000 pohon kelapa per satu kampung di pesisir pantai Mimika.

Tahun 2020, tercatat 158 petani lokal yang seluruhnya masyarakat asli Papua mengelola sekitar 35 hektare lahan yang tersebar di berbagai lokasi di empat desa dataran tinggi. Penjualan produk kopi yang dikelola koperasi mencapai Rp921 juta, lho!

5. Peternakan babi dan ayam menjadi alternatif perekonomian masyarakat lokal

Upaya lainnya selain di bidang perikanan, pertanian, dan ketahanan pangan, PT Freeport Indonesia turut mengembangkan bidang peternakan. Sesuai dengan potensi wilayah dan budaya masyarakat lokal, peternakan babi dan ayam menjadi alternatif perekonomian. Hal ini tidak lepas dari infrastruktur yang dibangun PTFI untuk mendukung kegiatan tersebut.

Program peternakan ini difokuskan untuk wilayah dataran rendah di Kampung Wangirja (SP IX) dan Kampung Utikini Baru (SP XII). Sedangkan untuk peternakan di dataran tinggi berada di Tsinga, Banti, dan Aroanap. Dengan begitu, perekonomian merata dan masyarakat dapat memanfaatkan potensi wilayahnya sesuai kondisi geografis.

6. Pembangunan pusat grosir dan kios di Otakwa dan Manasari

Upaya PTFI lainnya untuk mendukung usaha lokal di Papua adalah pembangunan pusat grosir dan kios di Otakwa dan Manasari. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan bahan pokok masyarakat. Gak hanya bahan pokok untuk sehari-hari, tapi juga sarana nelayan, material bangunan, benda rohani, alat-alat sekolah, hingga bahan bakar untuk perahu boat.

Otakwa dan Manasari, dua kampung di wilayah timur jauh Mimika sengaja dipilih sebagai lokasi pembangunan pusat grosir dan kios. Dengan begitu, masyarakat di wilayah pesisir tidak perlu pergi jauh ke pusat kota. Selain itu, PTFI turut mendukung program pemerintah untuk menjadikan Otakwa sebagai pusat ekonomi di wilayah timur.

Pembangunan pusat grosir dan kios tersebut membantu pemerataan dan penguatan ekonomi desa. Masyarakat pun tidak perlu jauh-jauh lagi untuk menjual ikan hasil tangkapan. Harganya pun selalu diusahakan relatif sama dengan di kota.

7. Pembinaan UMKM untuk mendukung pembangunan ekonomi masyarakat

Selain sejumlah upaya di berbagai bidang tersebut, PTFI dan LPMAK memberikan pembinaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Dana Bergulir untuk kegiatan ekonomi masyarakat lokal. Para pengusaha Papua yang berpotensi diberi pembinaan dan pendampingan. Hal ini bertujuan meningkatkan perekonomian lokal dan taraf hidup masyarakat secara berkelanjutan.

Pendampingan tidak hanya untuk pengusaha lokal, tapi juga ibu rumah tangga untuk melakukan kegiatan produksi rumah tangga. Mulai dari memproduksi noken, menjahit, membatik, dan beragam kegiatan produksi lainnya.

Sedangkan Dana Bergulir bertujuan untuk menyalurkan pinjaman bagi pengusaha lokal yang belum memenuhi syarat melalukan pinjaman ke bank. Pengusaha lokal memperoleh pendidikan dan pengetahuan mengenai kemitraan dengan pihak perbankan, sehingga memudahkan mereka dalam pengajuan dana dengan pihak terkait.

Sejak berdiri secara resmi 1967, ternyata PT Freeport Indonesia telah berkontribusi untuk masyarakat Papua. Selain memanfaatkan kekayaan alam setempat, PTFI juga turut menunjang perekonomian masyarakat. Bukan sekadar penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kualitas pendidikan, tapi juga menyesuaikan dengan kearifan lokal Papua.

 

http://www.idntimes.com/life/inspiration/fatma-roisatin-nadhiroh/upaya-freeport-indonesia-dukung-usaha-lokal-c1c2

Back to List

Berita Selanjutnya

news thumb 2
05 May 2017

Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Komoro (LPMAK), sebuah lem...

20 July 2017

PT Freeport Indonesia menggandeng pemerintah daerah setempat membuat k...