Membuka Jendela di Penghujung Senja

13 October 2015

 

LPMAK Gelar Pengobatan Mata dan Operasi Katarak Gratis bagi Masyarakat

Mata adalah jendela diri kita, organ yang membantu menginterpretasikan pandangan melalui pesan yang terkirim dari pandangan kita ke otak.

Apa jadinya kalau mata kita bermasalah, sehingga kita tidak mampu mengirimkan pesan pandangan mata ke otak? Bagi orang dengan pandangan normal dan sehat, bisa jadi hal ini dianggap petaka, karena kita tidak mampu melihat dengan baik. Mata memang sekusrial itu dalam mendukung keseharian kehidupan manusia.

Indonesia melalui memiliki program Vision 2020 – pemberantasan kebutaan dan gangguan penglihatan nasional – yang dicanangkan seiring dengan inisiatif global untuk penanganan kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Katarak adalah salah satu jenis kelainan mata dimana lensa mata menjadi keruh sehingga menghalangi  cahaya yang masuk ke kornea, menyebabkan penderita katarak kesulitan untuk melihat. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia maupun dunia. Perkiraan insiden katarak adalah 0.1%/tahun atau setiap tahun di antara 1000 orang terdapat seorang penderita baru katarak. Penduduk Indonesia memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk di daerah subtropis, dimana 16-22% penderita katarak yang dioperasi di Indonesia berusia di bawah 55 tahun.

Untuk Provinsi Papua, prevalensi penderita katarak tahun 2013 adalah sebesar 2.4% dari total penduduk. Jumlahnya memang bukan yang tertinggi, namun situasi dan kondisi Papua yang masih di bawah standar kelayakan membuat perang terhadap katarak dan gangguan penglihatan mata menjadi cukup menantang. Perlu diketahui bahwa secara nasional 1 orang dokter spesialis mata menangani lebih dari 17,000 pasien, sangat jauh dari standar yang ditetapkan WHO yang idealnya adalah 1:20,000. DKI Jakarta dengan prevalensi terkecil saja tidak memiliki standar yang ideal, apa kabar dengan Papua di ujung Timur Indonesia?

Hal ini menjadi latar belakang Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) untuk secara khusus memberantas kebutaan dan gangguan kesehatan mata di Kabupaten Mimika. Sebagai pengelola dana kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI), LPMAK bertugas menyelenggarakan program-program pengembangan kualitas hidup masyarakat, salah satu yang utama yakni bidang kesehatan.

Bertepatan dengan World Sight Day atau Hari Penglihatan Dunia yang jatuh pada Rabu ke-dua Oktober setiap tahun, LPMAK dengan menggandeng sejumlah pihak terkait diantaranya Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, RSUD Timika, dan Yayasan Kemanusiaan Indonesia, menyelenggarakan pengobatan mata dan operasi katarak gratis bagi masyarakat. Setelah tahun lalu hanya digelar di wilayah Dataran Rendah, kegiatan serupa di tahun ini digelar pula di wilayah Dataran Tinggi, yang dilaksanakan di RS Waa Banti di Distrik Tembapura, sehingga tahun ini kegiatan ini mencakup area Banti, dan 2 area di Timika yakni di Mapuru Jaya dan SP 1.

Rangkaian kegiatan pengobatan mata ini diawali di desa Waa Banti pada hari Senin (5/10) dengan pemeriksaan mata dan deteksi katarak bagi masyarakat. Dari 190 penduduk yang menjalani pemeriksaan mata, 11 orang didiagnosa menderita katarak sedangkan sisanya menderita gangguan mata minor seperti miopia dan hipermetropia.

Keesokan harinya, 7 orang menjalani operasi katarak di Rumah Sakit Waa Banti – 1 orang dianggap memiliki tingkat keparahan yang tinggi sehingga tidak menjalani operasi karena alasan medis, sedangkan 3 orang lainnya memutuskan untuk tidak menjalani operasi. Yayasan Kemanusiaan Indonesia ditunjuk oleh LPMAK sebagai pelaksana pemeriksaan dan operasi mata. Dr. Jusni Saragih Sp.M bertindak sebagai ahli bedah.

Dr. Jusni mengatakan bahwa metode yang digunakan adalah metode fakoemulsifikasi manual mengingat operasi dilakukan di daerah terpencil. Metode ini adalah metode konvensional dimana dokter menggunakan pisau untuk membuat robekan pada mata untuk mengeluarkan lensa yang rusak dan menggantinya dengan yang baru (lensa intraokular buatan).

”Tidak ada kendala yang berarti dari operasi yang berlangsung hari ini. Paling-paling kendala bahasa karena banyak dari mereka hanya berbahasa daerah. Namun secara keseluruhan pasien dapat bekerjasama dengan baik dan operasinya lancar,” terang dr. Jusni.

Ketujuh pasien yang hampir semuanya lansia tampak sumringah ketiga dokter membuka perban yang menutup mata mereka pada hari Rabu (7/10). Semuanya tampak senang dengan penglihatan mereka yang baru walaupun masih membutuhkan waktu lebih untuk kepulihan sempurna.

“Saya bersyukur kepada Tuhan karena saya bisa melihat dengan lagi dengan kedua mata saya. Sebelumnya saya harus berkutat dengan mata kabur selama 12 tahun. Ini adalah berkat dan anugerah luar biasa buat saya,” ujar Poi Omaleng, salah satu pasien yang menjalani operasi di mata kanan.

Slamet Sutejo, Camat Tembagapura saat dimintai pendapat mengatakan, “saya bersyukur kepada Tuhan atas berkatnya bagi masyarakat di sini melalui bantuan dokter yang telah memberikan operasi katarak kepada mereka. Terima kasih kepada LPMAK dan PT Freeport tentunya melalui program-program kemasyarakatan yang selalu mengena kepada masyarakat di sini. Harapan ke depan adalah, program ini menjadi titik awal sehingga berikutnya program yang sangat baik ini bisa menjangkau wilayah lain lebih jauh seperti Aroanop dan Tsinga,” tutur Slamet.

LPMAK terus mengupayakan agar program kemasyarakatan yang dilaksanakan dapat terus berkembang dan memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat di Kabupaten Mimika. Pada hari Rabu – Jumat (7-9/10), pemeriksaan mata dan operasi katarak dilanjutkan di wilayah Dataran Rendah di Mapuru Jaya dan SP1. (Miko Sularso) 

Back to List

Berita Selanjutnya

news thumb 2
05 May 2017

Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Komoro (LPMAK), sebuah lem...

20 July 2017

PT Freeport Indonesia menggandeng pemerintah daerah setempat membuat k...