Teknologi Jarak Jauh, Penyelamat di Perut Bumi

13 July 2022

Pertambangan merupakan salah satu pekerjaan paling berisiko di muka bumi. Walau demikian, pertambangan terus dilakukan karena material material yang diambil dari perut bumi itu sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia.

Tembaga yang ditambang oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) di Tembagapura, Mimika, Papua, sebagai contoh, kerap disebut the metal of the future. Pengembangan energi terbarukan, pembangkit tenaga surya, dan mobil listrik membutuhkan tembaga.

Walau demikian, penambangan yang aman, bahkan tanpa insiden, menjadi target yang harus diwujudkan.

Selama beberapa tahun terakhir, arsip Kompas merekam sejumlah insiden. Hari Rabu (29/9/2021), misalnya, 39 pekerja tambang nikel di Ontario, Kanada, dapat dievakuasi setelah terperangkap selama dua hari. Rangkaian tangga disediakan untuk mengevakuasi petambang dari kedalaman sekitar 1,2 kilometer.

Minggu (24/1/2021), sebanyak 11 pekerja tambang emas di Hushan, Qixia, Provinsi Shandong, China timur, terperangkap selama 14 hari. Pada September 2020, lebih dari 160 petambang batu giok bahkan tewas akibat longsor di Hpakant, Myanmar.

Di Indonesia, insiden tambang bukannya tidak terjadi. Selasa (26/2/2019), misalnya, puluhan petambang tertimbun reruntuhan di lubang galian tambang emas di Desa Bakan, Lolayan, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Ketika operasi pencarian berakhir, sebanyak 18 orang tercatat dapat dievakuasi, sementara 28 petambang meninggal.

Sejumlah insiden tersebut mengingatkan akan risiko penambang'an. Risiko makin besar ketika aktivitas tak berupa penambangan terbuka. PTFI, yang kini mengoperasikan tambang bawah tanah terbesar di dunia, pun mengadopsi teknologi mutakhir. Teknologi itu di sisi lain memaksimalkan produktivitas.

Inovasi teknologi

Sekitar satu dekade terakhir, PTFI terus merintis inovasi teknologi tambang yang diwujudkan berupa operasi tambang bawah tanah dari jarak jauh (remote). Kereta listrik tak berawak, pengangkut (loader) bahan tambang tak berawak, hingga operasi secara remote pun dijalankan dari ruang kontrol di permukaan bumi.

Kedua tangan Aprilia Ayomi (25) terlihat bergerak gesit. Ia mendorong ke depan tuas di kedua tangannya, lalu menariknya ke belakang. Sesaat kemudian, ia menggeser tuas ke kiri dan kanan. Sambil terus memainkan dua tuas yang diletakkan sejajar lutut saat duduk, matanya tak berpaling dari layar di hadapannya.

Lia, demikian perempuan kelahiran Kabupaten Serui, Papua, itu disapa, duduk manis di dalam gedung lantai dua, mengoperasikan tuas dan tombol-tombolnya. Ia bekerja dipandu empat monitor. Dua monitor di bagian depan ditempatkan bersusun dengan jarak sekitar 1,5 meter dari tempat duduk dengan posisi searah pandangan lurus.

Satu layar lainnya, masih di bagian depan Lia, ditempatkan sekitar 50 sentimeter dari tempat duduknya dengan posisi lebih rendah dari kedua layar pertama. Satu layar lagi ditempatkan di bagian kiri tempat duduk.

Keempat layar tersebut memiliki fungsi berbeda. Dua layar di depan searah pandangan mata menampilkan kondisi riil alat berat yang dioperasikan Lia. Alat berat itu beroperasi di dalam tambang bawah tanah Grasberg Block Cave sekitar 7 kilometer dari tempat duduk Lia.

Layar di hadapan Lia dengan posisi lebih dekat dan rendah dari kedua layar di depannya menampilkan kondisi tero-wongan dalam grafik kuning bergerak. Sementara layar sentuh di sebelah kiri menampilkan fitur-fitur untuk mulai bekerja dan memilih alat berat yang tersedia.

Dengan difasilitasi empat layar dan alat-alat kontrol itulah, Lia menambang material dari terowongan bawah tanah. Material lalu diangkut untuk dimasukkan ke corong guna diproses lebih lanjut di terowongan di bawahnya. Material tersebut berupa bongkahan batu berwarna abu-abu yang mengandung tembaga, perak, dan emas.

Setiap hari saya mengangkut material tambang 150 kali. Kalau teijadi kendala sistem, bisa kurang dari itu, ujar lulusan akuntansi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu. Lia bekerja sejak Februari 2021. Kini ia satu dari puluhan operator yang bekerja dari jarak jauh.

Selain mengendalikan penggalian material, dari ruang kontrol di lantai dua salah satu gedung di Mile Point (MP) 72 Tembagapura itu, para petugas mengoperasikan alat berat jenis pemecah batu (rock breaker) dan kereta pengangkut material tambang. Mereka memencet tombol dan memainkan tuas sembari tak berpaling dari layar agar alat berat bergerak sesuai dengan perintah.

Keselamatan pekerja

Freeport Indonesia kini mengelola tiga tambang bawah tanah, yakni Deep Mill Level Zone (DMLZ), Grasberg Block Cave (GBC), dan Big Gossan. Ketiga tambang bawah tanah ini berada 1.200-1.500 meter dari permukaan tambang terbuka Grasberg, yang terkenal dengan bukaan tambang melingkar mengerucut ke bawah.

Tambang Grasberg selesai berproduksi pada 2019 sehingga saat ini PTFI fokus pada tiga areal tambang bawah tanah. Bagi operator, bekerja dari jarak jauh, dari dalam ruangan, lebih menjamin keamanan dan kenyamanan. Risikonya hampir tidak ada, ujar Yosias Pekei (29), yang sebelumnya operator alat berat di dalam terowongan.

Potensi risiko operasi tambang bawah tanah memang tidak ringan. Yang biasa teijadi adalah runtuhnya terowongan, paparan gas beracun, hingga kebakaran. Insiden tersebut dapat mengakibatkan petambang kehilangan nyawa, yang juga pernah dialami oleh PTFI.

Dengan risiko tersebut, kata Senior Vice President Underground Mine PTFI Hengky Rumbino, perusahaan mengoperasikan alat berat dari tempat aman. Pertimbangan utama dan pertama operasi produksi jarak jauh ini berkaitan dengan keselamatan kerja, ucap pria kelahiran Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, itu.

Hengky menyatakan, ada sejumlah titik rawan di dalam tambang bawah tanah terutama menyangkut lumpur basah dari saat pengambilan material hingga ke pengangkutan. Kondisi itu bisa mengancam keselamatan pekeija, bahkan menghambat produksi, kalau dikerjakan secara manual.

Bermula dari areal Deep Ore Zone, PTFI mencoba teknologi jarak jauh. Kala itu, operasi alat berat, yakni loader, tetap dilakukan di dalam terowongan meski dari jarak 100 meter. Padahal, semburan lumpur basah, misalnya, bisa mencapai jarak 150 meter dari titik munculnya. Pengembangan terus dilakukan sampai diterapkannya teknologi-teknologi terkini.

Untuk mengoperasikan alat berat jarak jauh, PTFI menggunakan jaringan serat optik. Jaringan tersebut menghubungkan alat-alat berat serta kereta dengan pusat kontrol di darat. Sistem komunikasi diatur oleh Midroc, perusahaan dari Swedia, yang menerapkan teknologi jarak jauh di tambang bawah tanah Kiruna, Swedia.

Sejauh ini, penerapan alat berat dan alat angkut material tambang masih memenuhi ekspektasi produksi. Produktivitas loader per jam, misalnya, mencapai 270 ton material tambang. Angka itu tak berbeda jauh dari operasi manual yang mencapai 280 ton per jam.

Tambang bawah tanah PTFI saat ini menghasilkan 5,52 juta ton bijih per bulan atau 183. 000 ton bijih per hari. Produksi terbesar berasal dari GBC yang menghasilkan 3 juta ton bijih per bulan.

Salah satu kendala saat ini adalah masih sering terjadi hilangnya koneksi pada alat kontrol. Saat Kompas berada di ruang kontrol, Selasa (31/5/2022), pada konsol operator loader yang disebut minegem sempat terjadi kehilangan kontrol. Operator terpaksa pindah ke konsol lain sambil menunggu sistem diperbaiki.

Dengan izin usaha hingga 2041, bahkan bila diperpanjang dapat lebih lama lagi, tentu saja kita akan menyaksikan lebih banyak lagi inovasi teknologi di tambang bawah tanah PTFI. Dengan tambang yang makin masif dan berisiko, kami pasti terbuka dengan teknologi yang berkembang, ujar Kepala Teknik Tambang PTFI Carl Tauran.

Sejak tahun 2018, sebanyak 51,2 persen saham PTFI telah pula dimiliki Pemerintah Indonesia. Kerja sama antara PTFI dan BUMN, terutama BUMN bidang teknologi, menjadi terbuka lebar. Dengan dukungan Telkom, PTFI kini mempersiapkan diri menjadi perusahaan tambang pertama di Asia Tenggara yang menggunakan teknologi internet 5G dalam pengoperasiannya.

Jaringan internet 5G akan mendorong penerapan teknologi yang lebih inovatif dan dapat diandalkan. Di sektor tambang, operasionalisasi akan lebih aman dengan produktivitas yang lebih tinggi sehingga hasil tambang dapat dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Back to List

Berita Selanjutnya

news thumb 2
05 May 2017

Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Komoro (LPMAK), sebuah lem...

20 July 2017

PT Freeport Indonesia menggandeng pemerintah daerah setempat membuat k...