Timika Jadi Lokasi Pelatnas Desentralisasi

14 April 2022

Pengunis Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) membuat terobosan dalam pengembangan pembinaan atletik nasional. Lewat kerja sama dengan PT Freeport Indonesia, mereka mewujudkan pemusatan latihan nasional atau pelatnas desentralisasi untuk kawasan Indonesia timur di kota Timika, Kabupaten Mimika, Papua. Langkah tersebut diharapkan bisa memudahkan pemantauan, perekrutan, dan pemerataan prestasi bibit atlet di daerah.

Kerja sama itu dituangkan dalam nota kesepahaman (MOU) yang ditandatangani Ketua PB PASI Luhut Binsar Pandjaitan dan Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas di Hotel Atlet Century, Jakarta, Rabu (13/4/2022). Hadir pula dalam aeara itu, Sekretaris Umum PB PASI Tigor M Tanjung, pelatih, dan atlet pelatnas utama di Jakarta.

Kerja sama itu akan berlangsung tiga tahun dan dilakukan di arena bekas PON Papua 2021, yakni Kompleks Olahraga Mimika yang dibangun Freeport Indonesia pada 2017. “Saya pernah bertugas tujuh tahun di Papua, saya yakin kita bisa menemukan bakat terbaik dari Papua dan sekitarnya. Sebab, khususnya anak-anak Papua, mereka dikaruniai bakat luar biasa untuk atletik,” ujar Ketua Bidang Organisasi dan Provinsi PB PASI Zacky Anwar Makarim saat konferensi pers di Jakarta, Rabu.

 

Minta dioptimalkan

Luhut mengatakan, dirinya meminta pelatnas desentralisasi berjalan optimal sejak pemantauan, perekrutan, hingga pelatihan. Dia berharap pelatih dan atlet pelatnas utama bisa turut inendukung upaya itu dengan datang langsung ke Timika. Freeport Indonesia siap mcmbantu mobilisasi pelatih dan atlet dari Jakarta ke Timika dan sebaliknya.

“Saya minta pelatih dari Jamaika (yang akan direkrut pelatnas utama) yang janjinya Juni datang ke Indonesia bisa diajak ke Papua. Minta dia bantu rekrut atlet di Papua dan melatih pelatih-pelatih kita agar kualitas pelatih kita lebih baik. Nanti, pelatih kita bisa ke luar (negeri) atau pelatih dari luar itu dibawa ke sini (Indonesia),” ujarnya.

Luhut menerangkan, kerja sama itu akan menjadi percontohan dalam inembina atlet Indonesia yang berkonsep pelatnas desentralisasi. Setelah Timika, dia berencana membuka tempat yang sama di Pangalengan, Jawa Barat. Luhut ingin sekurangnya ada 10 sentra pelatnas desentralisasi. Selain di Papua dan Jawa Barat, tempat lainnya mungkin di Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara. "Saya tidak ingin para atlet cuma diperhatikan prestasi olahraganya, tetapi juga pendidikan mereka agar ada masa depan. Saya sudah berkomunikasi dengan Profesor Yohanes Surya (fisikawan) untuk membantu pendidikan matematika dan bahasa para atlet,” kata Luhut.

 

Perubahan sistem

Tigor menuturkan, pelatnas desentralisasi itu adalah perubahan sistem pelatnas yang pernah dilakukan pada kepemimpinan Bob Hasan (Ketua PB PASI 1984-2020). Waktu itu, pelatnas utama yang didanai Kemenpora serta pelatnas mandiri yang berisi atlet muda berkumpul di Jakarta. Hal itu justru menyebabkan latihan kurang optimal.

Maka dari itu, PB PASI menginisiasi pelatnas desentralisasi, dimulai di Timika. Pada tahap awal, pelatnas desentralisasi itu diisi oleh 8 pelatih dan 19 atlet. Mereka berasal dari hasil seleksi tim Pembinaan Prestasi PB PASI pada PON Papua dengan kriteria prestasi masuk lima besar SEA Games.

Para atlet berusia 19-25 tahun itu tersebar di 15 nomor pertandingan, yakni 11 nomor putra dan 4 nomor putri. Sebagian besar di nomor lari jarak pendek dan lempar. Jumlah itu masih mungkin bertambah jika ditemukan atlet potensial lain. Untuk atlet pelatnas utama, akan tetap berada di Jakarta. Namun, mereka bisa saja sesekali berangkat ke Timika untuk memberikan motivasi kepada atlet-atlet daerah dan mencari suasana latihan baru.

“Program pelatnas utama terus berjalan. Kami telah bekerja sama dengan Presiden Asosiasi Pelatih Lintasan dan Lapangan Jamaika David Riley. Nanti ada pelatih dari Jamaika datang ke sini dan kami boleh jadi mengirimkan atlet ke sana. Nomor sprint dan estafet 4 x 100 meter mungkin dikirim ke sana karena cocok dengan Jamaika yang jagoan di dua nomor tersebut,” ujar Tigor.

Tony menyampaikan, kerja sama itu bentuk komitmen Freeport Indonesia untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat, terutama di Papua. Lewat program yang bemilai Rp 20 miliar untuk tiga tahun ini, mereka ingin membangkitkan prestasi atletik Papua. “Selain dukungan infrastruktur, kami juga membantu dalam sarana dan prasarana lainnya. Salah satunya, kami mau mendatangkan pelatih dari luar negeri, mungkin dari Amerika Serikat,” kata Tony.

 

Futsal putra

Ketua Kontingen (CdM) Indonesia di SEA Games Vietnam 2021 Ferry J Kono menegaskan, Indonesia menambah nomor pertandingan futsal putra kepada penyelenggara SEA Games Vietnam. Keputusan itu berdasarkan hasil rekomendasi tim review yang terdiri dari perwakilan Kemenpora, akademisi, dan praktisi dari Komitc Olahraga Nasional Indonesia (KONI) serta KOI. “Dari rekomendasi itu, ada tambahan futsal putra ke SEA Games. Pertimbangannya, mereka runner-up Piala AFF 2022,” kata Ferry. (DRI)

Back to List

Berita Selanjutnya

news thumb 2
05 May 2017

Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Komoro (LPMAK), sebuah lem...

20 July 2017

PT Freeport Indonesia menggandeng pemerintah daerah setempat membuat k...