Bukan Bongkahan Emas, Ini Penampakan Hasil Tambang Freeport

16 December 2021

"Mau ke Freeport ya, bisa lihat emas dong?"

"Emas Freeport seberapa banyak sih?"

Itulah kira-kira pertanyaan sekaligus anggapan sebagian besar masyarakat mengenai hasil tambang Freeport atau PT Freeport Indonesia (PTFI). Tim detikcom berkesempatan mengunjungi 2 tambang utama Freeport di Tembagapura, Mimika, Papua untuk melihat lebih dekat proses sekaligus wujud hasil tambang PTFI. Untuk menuju tambang utama Freeport, yaitu kompleks Tambang Bawah Tanah, perjalanan dimulai dari Timika menggunakan bus anti peluru menuju Tembagapura dengan pengawalan satgas keamanan selama kurang lebih 2,5jam. Setelah tiba di Tembagapura berganti dengan bus yang tak kalah besar untuk melewati jalur terjal dan berkelok menuju ke tambang bawah tanah tersebut. Di kaki Gunung Sudirman ini, tepatnya di mill 74 terlihat beberapa proses pengolahan bijih mineral atau yang disebut dengan ore. Lebih ke dalam lagi, tepat di perut bumi, terlihat pintu masuk area Tambang Bawah Tanah yaitu terowongan Ali Budiardjo. Di dalam area ini lah, bijih mulai dieksplorasi.

Executive Vice President Operation sekaligus Kepala Teknik Tambang, Carl Tauran, menjelaskan Tambang Bawah Tanah ini mempunyai 4 bagian Big Gossan, Deep Ore Zone (DOZ), Deep Mill Level Zone (DMLZ) dan Grasberg Block Cave (GBC). "Dari proses penambangan kita hanya punya dua cara, open-stop mining dan block caving. Tipikal paling utama bedanya, block caving tambangnya besar dan produksinya bisa masif. Sementara open-stop mining produksinya tidak masif dan tambang kecil," kata Carl kepada detikcom di kantornya, Tembagapura, Papua, beberapa waktu lalu. Untuk tambang bawah tanah ini yang dominan dilakukan dengan cara block caving yaitu dengan memotong bijih dari bawah kemudian meledakkan bijih tersebut hingga runtuh akibat berat dan gravitasi. Runtuhan ini kemudian ditarik dan diangkut menuju alat penghancur.

Setelah dihancurkan, bijih atau ore tersebut dikirim ke pabrik pengolahan untuk memisahkan mineral bernilai ekonomis dan ampasnya (tailing). Dari proses pengolahan ini, konsentrat (dalam bentuk bubur, 65% padat) dipompa ke Portsite melalui jaringan pipa sepanjang 115 km. Sesampainya di Portsite, konsentrat ini dikeringkan sehingga terciptalah hasil akhir tambang PTFI berupa konsentrat tembaga untuk kemudian dikapalkan ke pabrik peleburan atau smelter. Konsentrat ini yang sering disalah artikan sebagai bongkahan atau batangan emas. "Ada emasnya iya tapi kita tambangnya adalah tambang tembaga. Sementara emas dan perak adalah produk ikutan dari tembaga itu tadi. Dari 1 ton bijih yang ditambang mengandung kadar tembaga 1-1,5%, sementara kadar emasnya 0,5-1 gram per ton. Dari produksi bijih 150-180 ribu ton per hari dihasilkan 8.000 - 9.000 ton konsentrat tembaga per hari," tambah pria yang sudah bekerja selama 27 tahun di PTFI. Konsentrat yang akan dikirim ke pabrik peleburan atau smelter ini bertekstur mirip semen halus yang berwarna abu-abu tua dengan bau logam yang kentara.

Konsentrat ini dikirim ke pabrik peleburan dan pemurnian atau smelter, termasuk ke smelter yang dibangun PTFI sejak 1996 di Gresik, Jawa Timur, untuk dijadikan produk katoda tembaga yang kemudian digunakan pada industri hilir turunan tembaga, misalnya alat-alat elektronik, produk otomotif, produk manufaktur dan sebagainya.

Sebagai informasi, detikcom bersama MIND ID mengadakan program Jelajah Tambang berisi ekspedisi ke daerah pertambangan Indonesia. detikcom menyambangi kota-kota industri tambang di Indonesia untuk memotret secara lengkap bagaimana kehidupan masyarakat dan daerah penghasil mineral serta bagaimana pengolahannya.

 

http://finance.detik.com/energi/d-5858203/bukan-bongkahan-emas-ini-penampakan-hasil-tambang-freeport

Back to List

Berita Selanjutnya

news thumb 3
17 May 2017

Ribuan karyawan di Ridge Camp akan menjadi yang pertama menikmati inve...

07 July 2017

Upaya-upaya pengembangan SDM dengan memanfaatkan pesatnya perkembangan...