PT Freeport Bangun Sport Complex Senilai Rp400 Miliar untuk PON 2020

10 February 2020

Sejak berdiri tahun 1973, PT Freeport Indonesia sudah membangun banyak hal di Papua, khususnya di Mimika. Dari mulai infrastruktur, pembangunan manusia, dan ekonomi.

 

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama (Dirut) PT Freeport Indonesia Tony Wenas saat menjadi speaker di Indonesia Millennial Summit 2020, Stage Visionary Leader di The Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta, Jumat (17/1/2020).

 

Ia membedah tentang Building Eastern Indonesia: No One Left Behind bersama Tumiyana, President Director of PT Wijaya Karya (Persero) Tbk) dan Erwin Aksa, Chairman of the Board PT Bosowa Corporindo.

 

"Tahun 1973 itu di Papua tidak apa–apa di sana. Jadi kita bangun semua. Bandara Mimika yang bangun Freeport. Dua air trip untuk membuka keterisolasian masyarakat juga dibangun Freeport," ujarnya pria bernama lengkap Clayton Allen Wenas ini.

 

Dalam hal pembangunan fisik, ada lebih dari 3000–an rumah warga, jalan, jembatan, dan infrastruktur lain yang telah dibangun.

 

Teranyar, Freeport berkontribusi membangun Mimika Sport Complex. Yakni pusat sarana olahraga yang dipersiapkan untuk menjadi tuan rumah PON 2020.

 

"Ini akan jadi salah satu Sport Centre yang terbagus, nanti akan kita serahkan kepada pemerintah dalam rangka PON Papua 2020. Yang mengerjakan BUMN juga, nilainya Rp400 Miliar, tapi bukan soal nilainya, tapi yang paling penting kegunaannya, karena masyarakat Papua sangat senang sekali olahraga," ungkapnya.

 

1. Freeport membangun infrastruktur, ekonomi, dan manusia di Papua

Tony memaparkan bahwa PT Freeport mulai 21 Desember 2018 itu 51 persen sudah dimiliki Indonesia.

 

"Itu sudah resmi utang dibayar, ga ada yang nyinyir lagi, sudah selesai dan sudah berlangsung selama setahun, dan berlangsung dengan baik," ujarnya.

 

Menurutnya, soal pembangunan, Freeport bukan cuma membangun infrastruktur, tetapi juga pembangunan ekonomi, dan manusianya juga.

 

"Kalau kita infrastruktur, saat Freeport pertama kali beroperasi pertama di Papua tahun 1967, mulai beroperasi 1973 belum ada apa–apa apa di sana. Jadi kita bangun semuanya. Bukan hanya untuk keperluan produksi, tapi demi kepentingan masyarakat itu sendiri. Contohnya, Bandara Binaka dibangun oleh Freeport dan dua airstrip yang ada di gunung untuk membuka keterisolasian. Dan tentu ada lebih dari 3.000–an rumah yang kita buat untuk warga, jalan, jembatan, dan sarana fasilitas umum," jelas pria berkacamata ini.

 

2. Sudah 20 tahun berikan pengobatan gratis di Mimika

Tahun lalu, kata Tony, PT FI juga baru selesai membangun satu kompleks olahraga dengan nama Binaka Sport Complex, merupakan stadion olahraga atletic paling bagus berstandar internasional. Nanti akan kita serahkan pada pemerintah dalam rangka PON 2020.

 

"Yang mengerjakan BUMN juga, nilainya Rp400 Miliar, tapi bukan soal nilainya, tapi yang paling penting kegunaannya, karena masyarakat Papua sangat senang sekali olahraga," ujarnya.

 

Kedua adalah soal pembangunan manusia, ini penting sekali. Bahwa manusia itu baru bisa dirasakan membangun apabila, pertama jika dia dalam keadaan sehat. Jadi program kesehatan kita sangat penting. Di Mimika kita membangun 1 Rumah sakit dan 5 klinik untuk masyarakat 7 suku di Mimika berobat gratis dan itu sudah berlangsung lebih dari 20 tahun sampai dengan saat ini.

 

Jadi kita terus coba bina, disamping ada departemen yang menangani masyarakat, agar masyakat papua bisa lebih sehat lagi, begitu mereka sehat, mereka bisa mengenyam pendidikan dan kemudian baru kegiatan ekonomi.

 

3. HDI di Mimika yang lebih tinggi dari HDI nasional

Di bidang pendidikan, PT FI telah menyalurkan lebih dari 10 ribu beasiswa, sudah ada puluhan sekolah yang kita bangun dari SD sampai SMA. Kita juga sudah membangun PLK, semacam balai latihan kerja.

 

Sudah 4 ribu masyarakat asli Papua yang kita didik di situ, dan 3 ribu kita terima di PT FI dan sisanya bekerja di tambang lain di seluruh Indonesia. Dan memang hasilnya kita rasakan, saat ini 40 persen karyawan PT FI adalah asli Papua.

 

Yang ketiga, adalah pembangunan ekonomi itu sendiri. "Jadi keberadaan kita di sana menciptakan semacam multiplayer effect dan memberikan kontribusi pada PDRB Papua, itu sekitar 48 persen untuk provinsi dan untuk Kabupaten Mimika sekitar 94 persen PDRB–nya, dari kegiatan ekonominya dari kegiatan PT Freeport," terangnya.

 

Multiplayer effect sangat besar terasa dan akhirnya tercipta 200 pengusaha UMKM asli Papua, bahkan ada dua pengusaha asli Papua yang punya Frenchise dari Amerika. Dan juga suplayer yang hampir semua asli Papua termasuk kontraktor–kontraktor untuk penanganan pekerjaan di Freeport.

 

Dan ini tentunya akan sangat terasa jika dilihat dari Human Development Index (HDI) yang ada di Mimika yang lebih tinggi dari HDI nasional. Mungkin stop di sini ya, nanti kita bisa lanjutkan lagi.

 

4. PT FI akan investasi sekitar 20 miliar dolar AS selama 20 tahun ke depan

Tadi sudah saya sampaikan apa yang sudah kami lakukan untuk infrastruktur di daerah Mimika yang kita pakai bersama–sama. Kantor bupati juga kita yang bangun, jalan ke pelabuhan, perbaikan sarana pelabuhan juga kita lakukan. Mungkin yang lebih penting bahwa, seperti yang saya katakan tadi 51 persen saham PT FI sudah milik Indonesia, dan 10 persennya adalah milik Papua, punya pemerintah provinsi dan kabupaten, dan ini tentunya hasilnya dari itu akan lebih dimanfaatkan untuk pembangunan Papua sendiri.

 

Rencana investasi kita ke depan, kita sudah investasi di Papua 15 miliar dolar AS atau sekitar 200 triliun dan kita kedepannya akan investasi sekitar 20 miliar dolar selama 20 tahun ke depan. Artinya 1 miliar dolar AS per tahun sekitar Rp14–15 Triliun per tahun.

 

"Tentu saja investasi sebesar itu, akan meng–created multiplayer effect yang sangat besar. Dan kita secara rutin berdiskusi dengan Pemprov dan Pemkab untuk melakukan sinergi apa yang kita lakukan kedepan, jangan sampai apa yang dilakukan Freeport tumpang tindih dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah dan begitu juga sebaliknya.

 

Termasuk dalam pelaksanaan PON Papua 2020 akan dillakukan sinergi antara PT FI dan Pemprov Papua. Sehingga venue–venue yang mau dibangun, pemerintah bangun yang mana, Freeport bangun yang mana. Termasuk fasilitas Freeport yang bisa digunakan untuk PON 2020, contoh lapangan golf atau lapangan sepak bola.

 

"Dan tentu saja kami sudah berada di Papua sudah 52 tahun. Kecintaan kami pada Papua betul betul melekat. Kami harus tumbuh dan berkembang bersama masyarakat di situ," tegasnya.

 

5. 98 persen pekerja Freeport adalah WNI

Terlepas dari program pembangunan infrastruktur, tumbuh dan berkembang masyarakat adalah komitmen yang harus betul–betul kita laksanakan sampai kita selesai di sana.

 

Tahun 2018 saja komitmen kita dalam pengembangan masyarakat mencapai Rp1,5 triliun. Kalau ditotal dari 1992 mencapai Rp25 triliunan dan akan diteruskan hingga akhir tambang nanti.

 

Soal Sumber Daya Manusia (SDM) di Freeport, ini dikelola 98 persen oleh orang Indonesia, termasuk pimpinannya. Freeport sendiri sudah mendiasporakan sekitar 300 orang. Jadi karyawan eks Freeport yang bekerja di luar negeri, untuk bekerja di tambang–tambang luar negeri.

 

"Tadi sudah saya sampaikan kami mempunyai Institut Pertambangan Nemangkawi yaitu semacam PLK disiapkan untuk para anak muda menjadi tenaga kerja terampil, walau hanya tamatan SMP, tapi bisa bekerja di tambang. Bagaimana expert bisa bekerja di tambang lain di Indonesia, dan nyatanya banyak mantan kerja Freeport untuk kerja di Sulawesi, Kalimantan, Sumatera. Ini adalah tugas kita," jelasnya.

 

Tony mengaku juga bergabung di Indonesian Mining Association. Yakni merupakan tempat men–share profesional mana yang mau bekerja di tempat lain. Ada juga Perhimpunan Ahli Tambang Indonesia, ajang bertukar infoprmasi tentang potensi tambang, dan potensi manusia sehingga cepat pertukaran ahli–ahli tambang ini untuk mengerjakan tambang–tambang lain di Indonesia.

 

6. Undang mahasiswa di luar negeri untuk bekerja di Freeport

Sebagai informasi tambahan bahwa Freeport ini ada open pit dan undergrown pit. Yang open pit kedua terbesar di dunia dan undergrown pit terbesar di dunia. Jadi memang ini semacam universitas bagi penambang bawah tanah, jadi begitu selesai di Freeport, maka akan mudah bekerja di tambang lain.

 

"Jadi kebetulan baru Desember lalu saya koordinasi dengan kementerian luar negeri. Berhasil dikumpulkan hampir 300 mahasiswa Papua di Amerika, ini mereka rata–rata mereka hampir selesai," ungkap alumni Fakultas Hukum UI ini.

 

Freeport sengaja mengundang mereka untuk mereka interview agar mereka mungkin mau kembali ke Indonesia dan bekerja di Freeport.

 

"Kita sering juga interaksi dengan diaspora Indonesia, jadi kita bisa mengidentifikasi mana yang punya potensi tinggi dan bisa kembali ke Indonesia untuk membangun Indonesia. Jadi program ini sudah kita jalankan, tapi perlu kita perluas agar bisa menarik kembali anak–anak muda Indonesia untuk membangun Indonesia," pungkasnya.

 

https://www.idntimes.com/news/indonesia/arifin-alamudi/pt-freeport-bangun-sport-complex-senilai-rp400-miliar-untuk-pon

Back to List

Berita Selanjutnya

news thumb 2
05 May 2017

Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Komoro (LPMAK), sebuah lem...

20 July 2017

PT Freeport Indonesia menggandeng pemerintah daerah setempat membuat k...